Even in my heart, I see
You're not being true to me
Deep within my soul, I feel
Nothing's like it used to be
Sometimes I wish I could, turn back time
Impossible as it may seem
But I wish I could, so bad, baby...
Quit playing games with my heart
Quit playing games with my heart
Before you tear us apart (With my heart)
Quit playing games with my heart
I should've known from the start
Before you got in my heart (From my heart)
Quit tearing us apart (From my heart)
Quit playing games with my heart.
♥♥♥
Wednesday, June 24, 2009
cerkon sekejap
Aku sangat mengaguminya dan seringkali ia menghiasi lamunan-lamunanku. Aku ingat caranya tersenyum ketika berjumpa denganku. “Gimana Akhi, sehat?” teriring senyum tulus yang mengembang di bibirnya, menyirami hati yang seminggu ini layu. Ustadz adalah seseorang yang kukagumi. Darinya aku dapati pelajaran-pelajaran hidup. Tausyiah imaniyahnya mengena di hati. Aku menduga itu adalah pantulan cahaya keimanan dari hatinya. Ia menasehatiku bahwa tidak ada kebahagiaan selain meyakini Allah sebagai satu-satunya Robb dan Ilah yang diibadahi, dicintai, ditakuti dan diyakini sebagai pelindung dan penolong di dunia dan akhirat. Ustadz adalah seseorang yang dikaruniakan Allah kelapangan. Namun tampilannya tetap sederhana, tawadhu, bahkan ia tidak malu membeli barang-barang second dari toko barang bekas. Mungkin, ia sulit melupakan kondisinya sewaktu awal menikah dulu. Ia mengisahkan, ketika melamar, ia tidak punya pekerjaan tetap dan hanya berdagang di pinggir-pinggir masjid. Ketika calon mertua bertanya tentang kesanggupannya untuk menghidupi putrinya. Ia dengan yakin menjawab, “Insya Allah! Saya belum punya penghasilan tetap dan tidak punya apa-apa, tetapi saya yakin Rizki itu di tangan Allah!” katanya, waktu menjawab pertanyaan calon mertua dulu. Mertuanya hanya terheran-heran, mungkin cemas terhadap kebahagiaan putrinya kelak, ceritanya kepadaku sambil tertawa. Ia bercerita di awal menikah hidupnya kembang-kempis, seringkali uang beasiswa kuliah menjadi uang belanja agar dapur rumah tetap mengepul. Tapi itu cerita masa lalu. Allah telah mengaruniakan kehidupan yang baik. Hidupnya terbilang berkecukupan. Namun, itu tidak membuatnya mencintai kehidupan dunia dan mengurangi intensitas hubungannya dengan Allah. Satu pesannya kepadaku yang begitu membekas, ia menegaskan bahwa tidak ada jalan kesuksesan selain mendekat kepada Allah, menguatkan hubungan dengan Allah dan meningkatkan takwa kepada Allah. “Bertakwalah kepada Allah! Bertakwalah kepada Allah!”. Kata-kata itu yang seringkali keluar dari lisannya. Ia menekankan untuk hanya percaya dan menyerahkan urusan (tawakal) kepada Allah saja. “Percayakanlah kepada Allah! Bertawakallah kepada Allah!”. Bukan kepada kepada ikhwah, bukan pula ke seorang manusia pun. Menurutnya manusia bisa memungkiri janjinya, atau hilang keistiqomahannya. Tetapi Allah tidak seselaki pun memungkiri janjinya. Aku dapati teladan yang baik darinya. Seringkali untuk panggilan-panggilan dakwah, ia tinggalkan kesibukan bisnisnya. Pernah suatu waktu kegoncangan menerpa bisnisnya, sedangkan istrinya menangis sedih. Ustadz hanya mengatakan seperti yang ia tuturkan kepadaku, “Ummi, semua ini milik Allah, kalau Allah mau mengambil ini semua dari kita, itu adalah hak Allah! Kita serahkan semuanya kepada Allah saja! Tidak mengapa kita harus mulai dari awal kembali! Kita juga memulai ini dari tidak punya apa-apa!” Bahkan ustadz mengatakan, “Ana udah tidak punya apa-apa lagi akhi, semua harta ini sudah ana serahkan ke istri dan anak-anak ana semuanya!”. Ustadz adalah orang yang penyayang kepada istrinya dan ayah yang amat lembut terhadap anak-anaknya. Namun, suatu kali, ia pernah mengingatkan bahwa kecintaan terhadap istri, anak-anak dan harta kekayaan tanpa disadari dapat menggeser kedudukan Allah dalam hati kita dan memberatkan kita untuk berdakwah dan berjihad di jalan-Nya. Perkataan yang mengingatkan saya pada sebuah ayat di Surat At-Taubah: “ Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik “ (A.24)
I LOVE MY BLOG9:42 PM
profile
Name: juey
Birthdate: 1993
School:Darussaadah
Email: ask me keyh..:)
♥ loves
anything~~
my family
Amirun ♥
Amalina♥
>>> Mifjja
Aisyah ♥
Madihah ♥
Zatie ♥
Farah ♥
Atiah ♥